Senin, 02 Maret 2015

Karena: Di Situlah Letak Kemuliaannya

Kenapa Penghafal Al-Qur'an diberikan kemuliaan yang luar biasa oleh Allah? Kenapa sampai dikatakan dalam sebuah hadits qudsi, penghafal Al-Qur'an adalah keluarga Allah dan yang mendapatkan kekhususan disisiNya?

Kira-kira kenapa?

"Menghafal al-qur'an itu begini ya. Dipegang kepala,  buntutnya lepas. Dipegang buntutnya,  kepalanya lepas. Dipegang tengahnya, kepala dan buntutnya meronta-ronta." kataku pada partner setoran hafalan qur'anku.

Karena:  di situlah letak kemuliaannya…

Sambil mengatakan hal tersebut sambil aku teringat perkataan seorang ustadz hafizh qur'an yang hafalannya sudah sangat mutqin:
"Di situlah letak kemuliaannya. Karena tidak mudah,  tapi terus berusaha,  pantang menyerah, sudah menangis-nangis,  tapi tidak kapok-kapok untuk mengumpulkan lagi hafalan yang mudah terlepas dari ingatan itu.. Unta kabur yang dicari lagi dan terus-menerus diikat lagi,  kabur lagi diikat lagi,  terus saja begitu.. Lama-lama juga terikat kuat,  asal kita sudah terbiasa. Tidak berhenti. Lanjutkan terus. Sesulit apapun jalan di depan nantinya.
Karena:  di situlah letak kemuliaannya…

Kemuliaan sebesar itu,  apa mungkin jalannya semulus yang kita kira? Tidak. Butuh sekali kemampuan mengendalikan hawa nafsu yang sukanya menghindari yang sulit-sulit,  cari gampangnya saja. Yang sukanya, menikmati kemalasan dan nyaman dalam alasan-alasan pembelaan diri.
Mampu melawan hal itu dan melanjutkan perjuangan menghafal dan menjaga qur'an,  adalah kemenangan atas diri sendiri. Kemenangan intern.
Karena:  di situlah letak kemuliaannya…

Ibarat: kalam-kalam Ilahi ini adalah mutiara. Diawal banyak penyelam yang berusaha mengambilnya. Mengumpulkan sebanyak mungkin. Lalu dalam perjalanan mengumpulkannya. Sekali waktu pernah terlena dengan pemandangan laut yang sangat indah, lupa pada tujuan utama untuk mengumpulkan mutiara. Akhirnya tersibukkanlah menikmati pemandangan sekeliling. Sampai saat tabung oksigen sudah habis… barulah ia sadar, menyelamnya  ia adalah untuk mencari mutiara, mengumpulkan sebanyak mungkin mutiara untuk dibawa pulang. Tapi keterlenaan dan kelalaian membuat ia lupa sama sekali pada tujuan awal. Lebih mengerikan lagi, saat ia berusaha kembali ke permukaan karena kehabisan oksigen, karena terburu-buru,  terjatuhlah semua mutiara yang telah dikumpulkan pada awalnya.
Pulang tanpa membawa apa-apa. Sia-sia…
Semoga Allah melindungi kita dari menjadi seperti sang penyelam yang lupa akan tujuan utamanya mengumpulkan mutiara…
Mampu melawan keterlenaan dan kelalaian akan berbagai keindahan dalam jatah usia yang sudah Allah berikan, lalu tergerak kembali mengumpulkan mutiara kalamNya,  satu demi satu..
Bukankan itu luar biasa? Kalau bukan Allah yang mampukan kita berpaling atas hal-hal tersebut, memang siapa lagi?
Karena:  di situlah letak kemuliaannya…

Karenanya, jangan pernah berhenti! Dalam menghafal Al-Qur'an,  meraih kemuliaan dan keridhaan Allah, mungkin ada lelah, itu manusiawi. Tapi, jangan berhenti! Lanjutkanlah lagi perjalanan yang telah kita mulai ini. Agar Allah ridha memberikan kalamNya,  firmanNya,  untuk kita jaga dalam hati-hati kita. Karena kita menunjukkan keseriusan kita padaNya dengan tidak berhenti, entah sepayah apapun…

Wallahua'lam bishshawaab…